Berkata al-Imam Syamsuddin Muhammad bin Abi Bakr Ibnul Qoyyim al-Jauziyah -rahimahullah- :
Firman Allah ta’ala :
﴿إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ﴾
{Sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas} [al-A’raf : 55].
Dikatakan : yang dimaksudkan bahwa Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas di dalam berdoa,
seperti seorang yang meminta perkara yang tidak pantas untuknya, berupa
kedudukan para Nabi dan yang selainnya.
Abu Dawud telah meriwayatkan di dalam sunannya dari hadits Hammad bin Salamah, dari Sa’id al-Jariri, dari Abu Nu’amah, bahwa Abdullah bin Mughoffal mendengar puteranya berkata : “Ya Allah aku meminta kepadaMu Istana Putih di bagian kanan Surga ketika aku memasukinya”, maka beliau (Abdullah bin Mughoffal) mengatakan : “Wahai puteraku mintalah kepada Allah Surga dan berlindunglah kepadaNya dari Neraka, karena aku telah mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda :
«إنه سيكون في هذه الأمة قوم يعتدون في الطهور والدعاء»
((Sesungguhnya akan ada pada umat ini satu kaum yang mereka melampaui
batas di dalam bersuci dan berdoa)) [Abu Dawud (96) , Sunan al-Baihaqi
1/197].
Oleh karena itu, terkadang perbuatan
melampaui batas di dalam berdoa adalah dengan meminta sesuatu yang tidak
diperbolehkan untuk memintanya, yaitu berupa meminta pertolongan untuk
melakukan keharaman. Terkadang pula dengan meminta sesuatu yang tidak
diperbuat Allah, seperti meminta agar ia kekal hingga hari kiamat, atau
meminta agar diangkat darinya kelaziman-kelaziman manusia berupa
kebutuhan untuk makan dan minum, atau meminta agar Allah memperlihatkan
untuknya ilmu ghaib, atau meminta agar menjadikannya termasuk
orang-orang yang ma’sum (terjaga dari kekeliruan), atau meminta agar
dikaruniai seorang anak tanpa melalui seorang istri dan seorang ibu, dan
yang semisal itu dari permintaan yang melampaui batas. Maka setiap
permintaan yang bertentangan dengan hikmah Allah atau mengandung
penentangan syari’at dan perintahNya, atau mengandung penyelisihan
terhadap apa yang telah dikabarkan dengan (syari’at dan perintahNya),
itulah perbuatan melampaui batas yang Allah tidak menyukainya dan tidak
menyukai orang yang memintanya.
Ditafsirkan pula makna melampaui batas
adalah dengan meninggikan suara ketika berdoa. Berkata Ibnu Juraij :
“termasuk perbuatan melampaui batas adalah meninggikan suara ketika
berdoa, menyeru saat hendak memanggil, dan berteriak”. Adapun
setelahnya, maka ayat-ayat tersebut lebih umum dari itu semua. Meskipun
yang dimaksudkan dengan ayat tersebut adalah melampaui batas di dalam
berdoa, maka itu sebagian makna yang diinginkan saja. Sedangkan Allah
tidaklah menyukai orang-orang yang melampaui batas pada setiap perkara,
baik ketika berdoa maupun yang selainnya, sebagaimana firmanNya :
﴿وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّـهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ﴾
{Janganlah kalian berbuat melampaui batas, sesungguhnya Allah
tidaklah menyukai orang-orang yang melampaui batas} [al-Baqarah : 190].
Oleh sebab itu Allah memerintahkan untuk
berdoa kepadaNya, beribadah kepadaNya, serta mengkabarkan bahwa Dia
tidak menyukai orang-orang yang mengadakan permusuhan, yaitu mereka yang
berdoa kepada selainNya bersamaan denganNya. Maka mereka itulah
sebesar-besar orang yang melampaui batas dalam hal permusuhan. Karena
permusuhan yang paling besar adalah kesyirikan, yaitu menempatkan ibadah
pada tempat yang tidak semestinya. Maka bentuk permusuhan yang demikian
ini sudah seharusnya termasuk ke dalam firmanNya :
﴿إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ﴾
{Sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas} [al-A’raf : 55].
Termasuk dari bentuk permusuhan adalah
berdoa kepadaNya tanpa adanya rasa merendahkan diri, bahkan berdoa dalam
keadaan ia merasa yakin dengan dirinya sendiri. Sebagaimana seorang
yang memiliki kecukupan dengan apa yang ada di sisinya sehingga ia
merasa yakin dengannya daripada Rabbnya. Ini diantara bentuk melampaui
batas yang paling besar yang menafikan doanya seorang yang merendah,
tunduk, fakir, dan miskin dari segala sisi dalam seluruh kondisinya.
Barangsiapa yang tidak meminta permintaan yang ia merasa miskin, rendah,
dan takut padanya maka ia seorang yang melampaui batas. Juga termasuk
bentuk melampaui batas adalah engkau beribadah dengan sesuatu yang tidak
disyariatkanNya, demikian pula engkau memujiNya dengan sesuatu yang Dia
tidak dipuji dengannya dan tidak pula Dia mengizinkannya. Karena yang
demikian ini termasuk tindakan melampaui batas dalam hal doa pujian dan
ibadah, dan ini serupa dengan doa permintaan dan permohonan.
Oleh karenanya ayat tersebut menunjukkan kepada 2 perkara :
- Pertama : perkara yang dicintai Rabb tabaraka wa ta’ala dan diridhoiNya, yaitu berdoa dengan merendahkan diri dan rasa takut.
- Kedua : perkara yang dibenci dan dimurkai olehNya , yaitu perbuatan melampaui batas.
Maka ia diperintahkan dengan perkara yang dicintai dan disukai Allah
serta diperingatkan dan dicegah dari apa saja yang menyulut kemarahanNya
dengan sebesar-besar peringatan dan pencegahan, yaitu dengan Allah
tidak mencintai pelakunya. Sedangkan barangsiapa yang tidak dicintai
oleh Allah, maka apa yang akan ia dapat?
Pada firman Allah : {Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas} diikutkan dengan firmanNya : {berdoalah kepada Rabb kalian dengan merendahkan diri dan rasa takut} [al-A’raf : 55], merupakan dalil bahwa siapa saja yang tidak berdoa kepadanya dengan merendahkan diri dan rasa takut, maka ia termasuk orang-orang yang melampaui batas yang Allah tidak mencintai mereka. Sehingga ayat ini mengklasifikasikan manusia menjadi 2 golongan : yang berdoa dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan orang yang melampaui batas dengan meninggalkan perkara tersebut.
Sumber : “Bada-i’ al-Fawaid” 3/(17-18)
http://ar.miraath.net/article/6423
Di terbitkan : Team Redaksi Salafy.or.id
No comments:
Post a Comment