BERIBADAH KEPADA ALLAH SEPENUHNYA
Oleh Dr Fadhli llahi
Di antara kunci-kunci rizki adalah beribadah kepada Allah sepenuhnya.
Saya akan membahas masalah ini –dengan memohan pertolongan kepada Allah-
dari dua hal.
1. Makna Beribadah Kepada Allah Sepenuhnya
2. Dalil Syar’I Bahwa Beribadah Kepada Allah Sepenuhnya Adalah Di Antara Kunci-Kunci Rizki.
MAKNA BERIBADAH KEPADA ALLAH SEPENUHNYA
Hendaknya seseorang tidak mengira bahwa yang dimaksud beribadah
sepenuhnya adalah dengan meninggalkan usaha untuk mendapatkan
penghidupan dan duduk di masjid sepanjang siang dan malam. Tetapi yang
dimaksud –wallahu a’lam- adalah hendaknya seorang hamba beribadah dengan
hati dan jasadnya, khusyu’ dan merendahkan diri di hadapan Allah Yang
Mahaesa, menghadirkan (dalam hati) betapa besar keagungan Allah,
benar-benar merasa bahwa ia sedang bermunajat kepada Allah Yang Maha
Menguasai dan Maha Menentukan. Yakni beribadah sebagaimana yang
disebutkan dalam sebuah hadits.
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْلَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَغِنَّهُ يَرَاكَ
“Hendaknya kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihatNya. Jika
kamu tidak melihatNya maka sesungguhnya Dia melihatmu” [1]
Janganlah engkau termasuk orang-orang yang (ketika beribadah) jasad
mereka berada di masjid, sedang hatinya berada di luar masjid.
Menjelaskan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
تَفَرَّ غْ لِعِبَادَتِيْ
“Beribadahlah sepenuhnya kepadaKu”.
Al-Mulla Ali Al-Qari berkata ; ‘Maknanya, jadikanlah hatimu benar-benar
sepenuhnya (berkosentrasi) untuk beribadah kepada Tuhamnu” [2]
Kedua : DALIL SYAR’I BAHWA BERIBADAH KEPADA ALLAH SEPENUHNYA, TERMASUK KUNCI RIZKI.
Ada beberapa nash yang menunjukkan bahwa beribadah sepenuhnya kepada
Allah termasuk di antara kunci-kunci rizki. Beberapa nash tersebut di
antaranya adalah.
1. Hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan
Al-Hakim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam beliau bersabda.
إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُوْلُ : يَا ابْنَ آدَمَ! تَفَرَّغْ
لِعِبَادَتِيْ، أَمْلأْ صَدْ رَكَ غِنًى، وَأَسُدَّ فَقْرَكَ، وَإِنْ لاَ
تَفْعَلْ مَلأْتُ يَدَكَ شُغْلاً، وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكْ
“Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai anak Adam!, beribadahlah
sepenuhnya kepadaKu, niscaya Aku penuhi (hatimu yang ada) di dalam dada
dengan kekayaan dan Aku penuhi kebutuhanmu. Jika tidak kalian lakukan
niscaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan [3] dan tidak Aku penuhi
kebutuhanmu (kepada manusia)” [4]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits tersebut menjelaskan,
bahwasanya Allah menjanjikan kepada orang yang beribadah kepadaNya
sepenuhnya dengan dua hadiah sebaliknya mengancam bagi yang tidak
beribadah kepadaNya dengan sepenuhnya dengan dua siksa. Adapun dua
hadiah itu adalah Allah mengisi hati orang yang beribadah kepadaNya
sepenuhnya dengan kekayaan serta memenuhi kebutuhannya. Sedang dua siksa
itu adalah Allah memenuhi kedua tangan orang yang tidak beribadah
kepadaNya sepenuhnya dengan berbagai kesibukan, dan ia tidak mampu
memenuhi kebutuhannya, sehingga ia tetap membutuhkan kepada manusia.
2. Hadits riwayat Imam Al-Hakim dari Ma’qil bin Yasar Radhiyallahu ‘anhu
ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
يَقُوْلُ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : يَا ابْنَ آدَمَ!تَفَرَّغْ
لِعِبِادَتِيْ، أَمْلَأ قَلْبَكَ غِنَّ، وَأَمْلأ يَدَيْكَ رِزْقَا
يَاابْنَ آدَمَ! لاَ تُبَاعِدْنِي
“Rabb kalian Yang Mahasuci laga Mahatinggi berfirman, ‘Wahai anak Adam!,
fokuslah beribadah kepadaKu , niscaya Aku penuhi hatimu dengan kekayaan
dan Aku penuhi kedua tanganmu dengan rizki. Wahai anak Adam!, Jangan
jauhi Aku, sehingga Aku penuhi hatimu dengan kefakiran dan Aku penuhi
kedua tanganmu dengan kesibukan” [5]
Dalam hadits yang mulia ini, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
mulia, yang berbicara berdasarkan wahyu mengabarkan tentang janji Allah,
yang tak satu pun lebih memenuhi janji daripadaNya, berapa dua jenis
pahala bagi orang yang benar-benar beribadah kepada Allah sepenuhnya.
Yaitu, Allah pasti memenuhi hatinya dengan kekayaan dan kedua tangannya
dengan rizki.
Sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memperingatkan akan
ancaman Allah kepada orang yang menjauhiNya dengan dua jenis siksa.
Yaitu Allah pasti memenuhi hatinya dengan kefakiran dan kedua tangannya
dengan kesibukan.
Dan semua mengetahui, siapa yang hatinya dikayakan oleh Yang Maha
Memberi kekayaan, niscaya tidak akan didekati oleh kemiskinan
selama-lamanya. Dan siapa yang kedua tangannya dipenuhi rizki oleh Yang
Maha Memberi rizki dan Mahaperkasa, niscaya ia tidak akan pernah pailit
selama-lamanya. Sebaliknya, siapa yang hatinya dipenuhi dengan kefakiran
oleh Yang Mahakuasa dan Maha Menentukan, niscaya tak seorangpun mampu
membuatnya kaya. Dan siapa yang disibukkan oleh Yang Mahaperkasa dan
Maha Memaksa, niscaya tak seorangpun yang mampu memberinya waktu luang.
[Disalin dari kitab Mafatiihur Rizq fi Dhau’il Kitab was Sunnah, Penulis
DR Fadhl Ilahi, Edisi Indonesia Kunci-Kunci Rizki Menurut Al-Qur’an dan
As-Sunnah, Penerjemah Ainul Haris Arifin, Lc. Penerbit Darul Haq-
Jakarta]
_______
Footnote
[1]. Lihat, Shahih Muslim, Kitabul Iman, Bab Bayanul Iman wal Islam wa Ihsan…., penggalan dari hadits no.5 (9), 1/39
[2]. Murqatul Mafatih, 9/26. Lihat pula, Tuhfatul Ahwadzi, di dalamnya
disebutkan : Kosongkanlah (hatimu) dari urusan-urusanmu untuk
menta’atiKu” 7/140
[3]. “Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan”. Dikhususkan penyebutan kata
‘tangan’ karena pekerjaan itu dilakukan dengan keduanya. (Lihat,
Faidhul Qadir, 2/308)
[4]. Al-Musnad, no 8681, 16/284 ; Jami’ut Tirmidzi, Abwabul Shifatil
Qiyamah, Bab no. 2584, 7/140 dan lafazh ini miliknya ; Sunan Ibni Majah,
Abwabuz Zuhd, Al-Hammu bid Dunya, no. 4159, 2/408 ; Al-Mustadrak ‘Alash
Shahihain, Kitabut Tafsir, 2/443. Imam At-Tirmidzi berkata, Hadits ini
hasan gharib (Jami’ut Tirmidzi, 7/141). Imam Al-Hakim berkata, Ini
adalah hadits yang sanadnya shahih, tetapi tidak dikeluarkan oleh
Al-Bukhari dan Muslim. (Al-Mustadrak 2/443). Dan in disepakati oleh
Adz-Dzahabi (Lihat, At-Talkhish, 2/443). Syaikh Al-Albani berkata,
Shahih [Shahih Sunan At-Tirmidzi, 2/300 ; Shahih Sunan Ibni Majah,
2/393]
[5]. Al-Mustadrak ‘Alash Shahihaian, Kitabur Riqaq, 4/326. Imam Al-Hakim
berkata, ‘Sanad hadits ini shahih, tetapi Al-Bukhari dan Muslim tidak
mengeluarkannya’. (Op.cit, 4/326). Dan hal ini disepakati oleh
Adz-Dzahabi. Lihat, At-Talkhish, 4/326. Syaikh Al-Albani berkata,
Tentang hadits ini, memang seperti yang dikatakan oleh keduanya
[Silsilatul Ahadits Ash-Shahihah,no. 1359, 3/47]
No comments:
Post a Comment