Sunday 13 December 2015

Adab-Adab Yang Berkaitan Dengan Masjid

 Hasil gambar untuk adab dalam masjid

Oleh Syaikh ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-Suhaibani

1. Membersihkan kotoran-kotoran yang ada di masjid, berdasarkan hadits:

البُزَاقُ فِي الْمَسْجِدِ خَطِيْئَةٌ وَكَفَّارَتُهَا دَفْنَةٌ.

“Meludah di dalam masjid itu adalah suatu perbuatan dosa dan tebusannya adalah menguruknya.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

2. Menjaganya dari bau tidak sedap dari mulut orang-orang yang shalat sebagaimana hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ أَكَلَ مِنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ (يَعْنِيْ الثَّوْمَ) فَلاَ يَقْرَبَنَّ مَسْجِدَنَا.

“Barangsiapa yang memakan buah pohon ini (yakni bawang putih) maka janganlah sekali-kali ia mendekati masjid kami.” [HR. Al-Bukhari no. 853 dan Muslim no. 561 (68)]

3. Menjauhi jual beli di dalam masjid, hal ini berdasarkan larangan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

4. Tidak meninggikan suara (bersuara keras) di dalam masjid, berdasarkan perkataan ‘Umar Radhiyallahu anhu :

لَوْ كُنْتُمَا مِنْ أَهْلِ الْبَلَدِ َلأَوْجَعْتُكُمَا، تَرْفَعَانِ أَصْوَاتَكُماَ فِي مَسْجِدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

“Sekiranya kalian berdua berasal dari kota ini (yakni Madinah), niscaya akan kupukul kalian berdua karena telah berani meninggikan suara (bersuara keras) di dalam masjid Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” [HR. Al-Bukhari no. 470]

5. Hendaknya shalat dua raka’at ketika baru masuk masjid (sebelum duduk) berdasarkan hadits:

إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلاَ يَجْلِسْ حَتَّى يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ.

“Apabila salah seorang di antara kalian masuk masjid, maka hendaklah shalat dua rakaat sebelum ia duduk.” [HR. Al-Bukhari no. 444 dan Muslim no. 714]

6. Tidak boleh keluar masjid setelah dikumandangkannya adzan berdasarkan hadits dari Abu Sya’tsa’:

كُنَّا قُعُوْداً مَعَ أَبِيْ هُرَيْرَةَ z فِي الْمَسْجِدِ فَأَذَّنَ الْمُؤَذِّنُ، فَقَامَ رَجُلٌ يَمْشِيْ فَأَتْبَعَهُ أَبُوْ هُرَيْرَةَ بِبَصَرِهِ حَتَّى خَرَجَ مِنَ الْمَسْجِدِ فَقَالَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ أَمَّا هَذَا فَقَدْ عَصَى أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

“Kami bersama-sama dengan Abu Hurairah Radhiyallahu anhu di dalam masjid, kemudian muadzdzin mengumandangkan adzan, lantas ada seseorang berdiri dan keluar dari masjid, maka Abu Hurairah Radhiyallahu anhu mengawasinya dengan pandangannya sampai orang itu keluar dari masjid. Setelah itu Abu Hurairah berkata: ‘Orang itu benar-benar telah mendurhakai Abul Qasim (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam).’” [HR. Muslim no. 655]

7. Membaca do’a ketika berjalan menuju masjid, berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma :

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ وَهُوَ يَقُوْلُ.

“Bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (apabila) pergi menuju masjid beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa mengucapkan do’a:

اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِيْ نُوْراً وَفِي لِسَانيِ نُوْرًا، وَاجْعَلْ فِي سَمْعِي نُوْرًا، وَاجْعَلْ فِي بَصَرِي نُوْرًا، وَاجْعَلْ مِنْ خَلْفِيْ نُوْرًا، وَمِنْ أَمَامِي نُوْرًا، وَاجْعَلْ مِنْ فَوْقِي نُوْرًا وَمِنْ تَحْتِي نُوْرًا، اللَّهُمَّ أَعْطِنِي نُوْرًا.

‘Ya Allah, jadikanlah cahaya di hatiku, cahaya di lidahku, cahaya di pendengaranku, cahaya di mataku, cahaya dari belakangku, cahaya dari mukaku, cahaya dari atasku dan cahaya dari bawahku. Ya Allah berikanlah aku cahaya.’” [HR. Al-Bukhari no. 6316 dan Muslim no. 763 (191)]

[Disalin dari kitab Aadaab Islaamiyyah, Penulis ‘Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-Suhaibani, Judul dalam Bahasa Indonesia Adab Harian Muslim Teladan, Penerjemah Zaki Rahmawan, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir Bogor, Cetakan Kedua Shafar 1427H - Maret 2006M]

No comments:

Post a Comment